Apps > News & Review | Sabtu, 21 Juli 2018 | ZA

RSInews – Kabar mengenai Android bakal berbayar belakangan cukup santer. Jika benar, Android tentu bakal menghadapai persoalan baru dimana para penggunanya kini sangat nyaman dengan konsep Open Source.

Sejatinya, ini merupakan gertakan Google terhadap keputusan Uni Eropa baru-baru ini. Keputusan tersebut memaksa Google untuk tidak membundel aplikasi Chrome dan pencariannya dari Android. Hal ini yang kemungkinan akan memiliki beberapa implikasi terhadap masa depan model bisnis gratis Android.

Terkait hal itu, Sundar Pichai, CEO Google, memberi tanggapan lewat blog resminya. Pichai menjabarkan tanggapan perusahaan terhadap denda sebesar $5 miliar UE. Pichai menyoroti fakta bahwa pengguna Android pada umumnya akan “menginstal sekitar 50 aplikasi sendiri” dan dapat dengan mudah menghapus aplikasi yang sudah diinstal. Tetapi jika Google dicegah dari memaketkan aplikasi sendiri, itu akan mengganggu ekosistem Android.

“Jika pembuat smarthone dan operator jaringan seluler tidak dapat menyertakan aplikasi kami di berbagai perangkat mereka, itu akan mengganggu keseimbangan ekosistem Android. Hati-hati menghindari fakta bahwa pembuat ponsel tidak akan lagi dipaksa untuk memaketkan aplikasi ini tetapi masih bisa memilih untuk melakukannya,” jelas Pichai.

Pichai kemudian mengisyaratkan bahwa model bisnis Android gratis bergantung pada bundling aplikasi ini. “Sejauh ini, model bisnis Android berarti bahwa kami tidak perlu membebankan biaya kepada pembuat smartphone untuk teknologi kami, atau bergantung pada model distribusi yang dikontrol ketat,” kata Pichai.

“Namun kami khawatir keputusan hari ini akan mengganggu keseimbangan kehati-hatian yang kami alami dengan Android, dan itu mengirimkan sinyal yang mengganggu yang mendukung sistem kepemilikan atas platform terbuka.”

Pembicaraan halus Pichai tentang “keseimbangan kehati-hatian” dari model bisnis Android akan dilihat sebagai peringatan kepada konsumen, vendor dan Komisi Eropa. Uni Eropa tidak memberikan saran bagaimana Google harus menyelesaikan pelanggaran bundling aplikasi. Tetapi jelas bahwa jika pabrikan dapat membundel aplikasi browser miliknya sendiri (bukan Chrome) dan mengarahkan pencarian tersebut ke pesaingnya, maka itu dapat berimplikasi pada pendapatan iklan Google, yang saat ini lebih sudah mencapai 50% lebih dari pendapatan iklan digital bersih perusahaan.

Mengingat dominasi Google dalam pencarian dan web, serta layanan lainnya, peringatan Pichai lebih mirip gertakan ke opini populer pengadilan ketimbang ancaman serius bahwa Android tidak akan lagi gratis.

:: 4 Hal Yang Bisa Terjadi Jika Google Tarik Bayaran untuk OS Android

Meskipun kami berkesimpulan bahwa ancaman Google yang bakal menarik bayaran untuk penggunaan OS Android hanya sekedar gertakan sambal, langkah Google itu (jika memang akan terjadi) akan membawa dampak yang secara langsung maupun tak langsung kepada penggunanya.

Ancaman Google sendiri didasari oleh peringatan dari Komisi Uni Eropa agar raksasa teknologi itu tidak membundel OS Android dengan browser Chrome dan Search Engine Google. Jika demikian, Google tentu akan kehilangan pendapatan iklan yang sebagian besar disumbang oleh iklan mobile.

Sekarang, mari kita berandai-andai bagaimana jika Android benar-benar akan dikomersilkan. Ini prediksi kami;

1. Harga Smartphone Akan Naik

Jika Google menerapkan penjualan untuk OS Android, maka secara otomatis harga smartphone di pasaran akan naik. Ini karena pabrikan akan menjual perangkatnya dengan bundling OS-nya. Seperti halnya jika pengguna membeli PC yang sudah dijual berikut OS, pasti harganya akan berbeda.

2. Muncul OS Android Bajakan

Jika OS Android dijual dengan harga yang mahal, maka akan memicu tahan-tahan jahil yang menjual OS bajakan. Ini berkaca pada OS Windows bajakan untuk PC yang beberapa tahun lalu marak dijual.

3. OS Baru Akan Bermunculan

Jika ternyata Google tetap ngotot menjual OS Android dengan harga mahal, tentu akan bermunculan OS mobile pesaing Android. Ini juga sekaligus menjadi pertanda baik buat sebagia pabrikan yang belakangan ini sudah punya ancang-ancang melepas OS buatannya sendiri.

4. Symbian, Blackberry OS dan Windows Mobile Bakal Bangkit dari Kematian

Symbian, Blackberry OS dan Windows Mobile adalah sistem operasi yang sangat populer sebelum Android muncul. Mereka harus tersingkir oleh Android yang punya ekosistem yang lebih baik. Tapi jika Android menjadi sistem operasi yang tertutup alias berbayar, maka ada kesempatan bagi ketiganya untuk bangkit dari kubur.

Keempat poin ini sekedar prediksi kami jika OS Android dikenakan bayaran. Namun kami tetap yakin bahwa Google akan punya pilihan lain daripada harus menerapkan penjualan untuk OS Android-nya.

:: OS Fuchsia Pengganti Android?

Google saat ini terus bekerja menuju pengembangan OS Fuchsia. Sistem operasi ini digadang bakal menggantikan Android meskipun garis waktunya masih belum jelas kapan. Adapun menurut kabar terbaru lansiran Bloomberg, OS Fuchsia kemungkinan akan menggantikan Android dalam lima tahun ke depan.

Mengutip keterangan dari sumber di Google disebutkan bahwa tim Google Fuchsia bercita-cita untuk bertukar sistem mereka menggantikan Android, software yang menggerakkan lebih dari tiga perempat dari smartphone di seluruh dunia. Ini akan terwujud dalam setengah dekade berikutnya, yakni 5 tahun ke depan.

Google juga memiliki rencana untuk membawa OS Fuchsia ke perangkat lain, selain smartphone, seperti misalnya, speaker pintar dan perangkat lain dalam tiga tahun ke depan.

Sejauh ini belum ada informasi bahwa Google ingin Fuchsia menjadi sistem operasi tunggal yang menggerakkan hampir semua perangkat. Namun kabarnya, OS Fuchsia sedang dirancang untuk dapat bekerja pada layar dengan ukuran berbeda dengan kontrol suara sebagai media utama kontrol.

Google sepertinya ingin Fuchsia menjadi sistem operasi utama di setiap perangkat cerdas masa depan. Ini adalah rencana yang ambisius, dengan miliaran perangkat yang menjalankan Android, Google telah memiliki cengkeraman yang besar di pasar global, sehingga membawa Fuchsia ke semua perangkat akan lebih mudah, tertutama dengan basis penggemar Android yang sangat massif. Hal ini juga akan memungkinkan transisi yang lebih mulus karena basis konsumen sudah mempercayai Android selama ini. [RSI]

Src: TabloidPULSA